BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Pada
permulaan abad Pertengahan, orang-orang Eropa sudah mengenal hasil bumi dari
dunia Timur, terutama rempah-rempah dari Indonesia. Dengan jatuhnya
Konstantinopel ke tangan Turki Usmani (1453) mengakibatkan hubungan perdagangan
antara Eropa dan Asia Barat (Timur Tengah) terputus.
Hal ini
mendorong orang- orang Eropa mencari jalan sendiri ke dunia Timur untuk
mendapatkan rempah-rempah yang sangat mereka butuhkan. Melalui penjelajahan
samudra, akhirnya bangsa-bangsa Barat berhasil mencapai Indonesia. Kedatangan
bangsa-bangsa Barat di Indonesia pada mulanya lewat kongsi-kongsi perdagangan.
Kongsi-kongsi perdagangan tersebut berusaha untuk menguasai perdagangan
rempah-rempah di Indonesia melalui praktik monopoli.
1.2
Rumusan
Masalah
Masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini,yaitu
1.Bagaimana proses kedatangan
bangsa barat ke Indonesia?
2.Apa saja faktor-faktor yang
mendorong kedatangan bangsa barat ke Indonesia?
3,Bagaimana situasi dan
kondisi kerajaan di Indonesia pada masa kedatangan bangsa barat?
4.Bagaimana penetrasi politik
bangsa barat di Indonesia?
Tujuan dalam pembuatan
makalah ini,antara lain
1.Dapat mengetahui proses
kedatangan bangsa barat ke Indonesia
2.Dapat mengetahui
faktor-faktor yang mendorong bangsa barat ke Indonesia
3.Dapat memahami situasi dan
kondisi kerajaan pada saat kedatangan bangsa barat di Indonesia
4.Dapat mengetahui penetrasi
politik bangsa barat di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1.Proses
Kedatangan Bangsa Barat di Indonesia
A.Ekspedisi Vasco da
Gama
Pada tahun 1948,Vasco da Gama,seorang Portugis
memimpin ekspedisi mengelilingi Afrika.Mereka kemudian tiba di Goa,sebelah
barat India.Pedagang-pedagang Arab dan Persia sudah lebih dahulu ada di
sana,merasa tidak senang atas kehadiran Portugis tersebut.Mereka memandangnya
sebagai saingan berat.Secara tiba-tiba,kapal Vasco da Gama diserang sehingga
kalah dan terpaksa kembali ke Portugal.Meskipun Portugis kalah,inilah awal
terbukanya jalan ke timur bagi orang-orang barat.
Empat tahun kemudian,Vasco da Gama kembali lagi.Ia
membawa armada yang terdiri atas 20
kapal.Misinya bukan lagi semata berdagang,melainkan menetap dan membuat benteng
serta gudang-gudang perdagangannya.Dengan cara ini,kekuasaan Portugis akan
kokoh disana.
Portugis juga berusaha memperluas pengaruhnya ke
timur.Pada tahun 1509,mereka tiba di Malaka.Sultan Machmud,raja Malaka member
izin bagi Portugis untuk membuka kantor perdagangan di sana.Tetapi tak lama
kemudian mereka malah diserang.Diduga penyerangan tersebut terjadi karena
penduduk setempat tak berkenan dengan dengan kelakuan oramg-orang
Portugis.Kapal-kapal Portugis di kurung dan gudangnya dibakar.Hanya beberapa
orang saja yang berhasil menyelamatkan diri ke Goa.Itu pun dengan susah
payah.Menerima kenyataan tersebut,D’Albuquerque gubernur jenderal di sana,segera
berangkat untuk menghukum Malaka.Ia membawa 19 kapal dengan pasukan yang
kuat,Dengan meriam-meriam kapal,pelabuhan Malaka di tembak.Kemudian pasukannya
mendarat di sana.Sultan Machmud melarikan diri ke pedalaman.Portugis pun lalu
membangun benteng yang kuat di Malaka.Kapal-kapal yang di persenjatai dengan
maksimal ditempatkan di luar pelabuhan untuk mengantisipasi musuh dari
luar.Pada kondisi demikianlah Patti Unus menyerang Malaka dan kemudian
kalah.Tatapi orang-orang Jawa yang menetap disana memiliki hubungan dagang yang
aktif dengan Portugis.
B.Portugis Memasuki
Nusantara
Untuk memperbesar pengaruhnya,kapal-kapal dagang
Portugis juga melakukan pelayaran ke arah timur.Pada tahun 1512,tibalah mereka
di Maluku.Maluku adalah sumber rempah-rempah yang di cari orang barat,yaitu
biji pala dan cengkeh.Penemuan Maluku adalah pintu gerbang zaman keemasan bagi
Portugal.Selain menjadikan Goa sebagai pusat kekuatan,Portugis juga mempunyai
kuasa di Maluku dan Ternate.
Namun tidak demikian halnya dengan Jawa ,Sumatra,dan
Kalimantan.Di ketiga pulau in,Portugis tak pernah mempunyai kakuasaa.Pernah
mereka mencoba menetap di Pasai,kawasan pantai utara Sumatr,tetapi tak
berhasil.Sultan Malaka yang selalu berperang dengan Aceh dan Jepara pada 75
tahun pertam,telah membuat Portugis menaruh segan terhadap Aceh.Serangan Jepara
tahun 1513 adalah permulaan kesengsaraa,karena disusul dengan serangan-serangan
berikutnya dari Jepara dan Aceh.Baru pada tahun 1587 Malaka dapat berada dalam
keadaan tenang.Pasalnya,Sultan Aceh Aladin Riayat mau berdamai dengan Portugis.
Sementara itu di Maluku,oleh Sultan Ternate Portugis
diberi hak monopoli perdagangan rempah-rempah.Hal ini menjadi dasar bagi
Portugis untuk membangun benteng yang kuat disana,sebelum akhirnya menduduki
pulau-pulau sekitar.Di sisi lain,kebijakan Sultan tersebut merupakan pukulan
hebat bagi pedagang dari Jawa,Bugis,serta pedagang pribumi lainnya.Bilamana
sebelumnya mereka dapat mengangkut dagangannya dengan perahu sendiri,sejak itu
harus diangkut oleh kapal Portugis.
C.Kesepakatan Portugis
dan Spanyol
Di tengah merasakan nikmatnya mendapat hak
monopoli,Portugis dikejutkan dengan kedatangan dua kapal Spanyol di Tidore pada
tahun 1521.Sesungguhnya kapal Spanyol tersebut tengah berlayar menuju sebelah
barat India.Sebagaimana disepakati dalam perjanjian yang juga di sahkan oleh
Paus dari Roma,Spanyol mendapat hak atas sebelah barat India,sementara Portugis
sebelah timur.
Dengan lima kapal,armada Spanyol yang dipimpin
Ferdinand Magellaan berangkat dari Spanyol tahun 1519.Mereka berlayar menyusuri
ke arah barat,Magellaaan yakin mereka akan tiba dengan sendirinya di India
sebelah barat.Mereka berlayar melalui Amerika Selatan,menyusuri selat
pulau-pulau sebelah selatannya sampai ke Filipina.Selat yang dilalui tersebut
kemudian disebut Selat Magellaan.Hingga tiba di Filipina tersebut,rombongan
Magellaan menghabiskan waktu dua tahun.Selama itu mereka kehilangan tiga
kapal.Dua yang tersisa berlabuh jangkar di pulau Tidore.Sesuai kesepakatan
dengan Portugis,akhirnya Spanyol berkuasa di Filipina,sementara Portugis di
Maluku.
Perjalanan Magellaan tersebut menjadikannya orang
pertama yang berlayar keliling dunia.
D.Ekspedisi Dagang
Belanda ke Nusantara
Sekalipun sudah memudar kekuatannya,gaung
keberhasilan Portugis tersebut terdengar gencar di Eropa.Salah satu negara
kecil yang tergoda untuk menirunya adalah Belanda.Orang-orang Belanda berniat
mencari jalan ke Nusantara untuk melakukan perdagangan..Pada tahun
1595,dimulailah ekspedisi dengan armada yang terdiri dari empat kapal,diwakili
oleh 250 orang dan dipersenjatai dengan 100 meriam.Kapal-kapal ini milik
persekutuan dagang yang diberi nama Companie van Verre.Organisasi ini didirikan
oleh orang-orang Belanda untuk tujuan ekspedisi ke Nusantara.Bertindak sebagai
pemimpin adalah Coenelis de Houtman,seorang pedagang besar,dengan dinakhodai
oleh mualim kepala bernama Keijser.
Setelah melampaui 450 hari perjalanan dan kehilangan
hamper dari separuh orang-orangnya,akhirnya Houtman mendarat di pelabuhan
Banten pada tahun 1596.Orang Portugis langsung mendatangi kapal Belanda dan
membujuk mereka agar berlayar terus.Portugis menganggap Belanda adalah saingan
yang potensial.Demikian pula sambutan penduduk setempat.Ketika Houtman datang
menghadap Bupati Jayanagara,Ia dan delapan pengawalnya malah ditangkapi.Saat
itu Jayanagara adalah pemegang kendali pemerintahan karena Sultan
Muhammad,Sultan Banten yang masih muda baru saja tewas terkena peluru dalam
peperangan di Palembang.Akhirnya Houtman dilepas setelah kapal Belanda
menghujani Banten dengan meriam.Tetapi mereka harus membayar tebusan sebanyak
4.500gulden.Menyadari dengan berdagang dengan cara demikian tidak akan
menguntungkan,akhirnya Houtman mengangkat sauh.Mereka sempat singgah di
Sedayu.Tetapi lagi-lagi mereka diserang,kali ini oleh Bupati Sedayu dan
pasukannya.
Setelah terus berlayar,akhirnya Houtman diterima
dengan baik di Bali.Namun ketika itu anak buah kapal sudah banyak berkurang,tak
lagi cukup untuk melayani empat kapal.Houtman lalu memutuskan untuk membakar
salah satu kapal yang sudah bocor.
E.Nusantara Terbuka
bagi Belanda
Menyadari bahwa kondisi sudah tidak memungkinkan
untuk berdagang,akhirnya Houtman kembali ke Belanda melalui pantai selatan
Jawa.Dengan tiga kapal yang tersisa,Ia hanya mampu membawa sedikit muatan dan
banyak anak buah yang jatuh sakit.Pada bulan Agustus 1597,ketika Houtman
merapat di Belanda,hanya 90 anak buah yang tersisa bersamanya dari 250 orang
yang ikut berlayar.Namun demikian,orang Belanda gembira karena ekspedisi Houtman
dianggap sebagai pembuka jalan bagi Belanda menuju Nusantara.
Sebagai perintis Houtman memberi inspirasi bagi yang
lainnya.Penerusnya kemudian adalah Admiral van Neck.Pada tahun 1598,van Neck
membawa delapan kapal dengan perlengkapan baik menuju Nusantara.Pelayaran
berjalan mulus.Van Neck pun tiba di Banten dengan aman.Keberuntungan
menghampiri van Neck,karena kebetulan Portugis baru saja di usir dari Banten
karena perbuatannya yang kasar dan tidak menyenangkan.Sebagaimana Houtman,van
Neck juga disambut oleh Bupati Jayanagara.Jayanagara meminta van Neck membayar
di muka uang pelabuhan sebanyak 100.000gulden.Ia juga tidak diizinkan
bertransaksi langsung dengan penduduk,tatapi harus melalui Jayanagara.Untuk
memuat barang ke kapal,van Neck juga harus membayar beberapa ratus gulden ke
Syahbandar pelabuhan Banten.Berbeda dengan Hotman,van Neck menyanggupi semua
syarat Jayanagara tersebut.Dengan demikian,van Neck langsung bebas berdagang.
Van Neck berhasil memuat empat kapalnya dengan
lada,cengke,biji pala,dan muatan lainnya yang akan laku di Eropa.Empat kapal
lagi masih kosong.Untuk mengisinya,Ia menugaskan admiral bawahanny,yaitu van
Waerwijk dan van Heemskerck pergi ke Maluk,sedangkan van Neck berlayar kembali
ke Belanda.Namun sebelumnya Ia menghadap dahulu ke putra kerajaan
Banten,seorang anak yang baru berumur tiga tahun.Kepadanya van Neck
menyampaikan sejumlah upeti.Tata karma yang dijalankan van Neck mampu merebut
hati tuan rumah dan membuat langkahnya terbuka.
Di negeri Belanda,van Neck di sambut gembira karena
sukses kembali dalam waktu satu tahu,Ia membawa empat kapal yang penuh muatan
berharga yang sangat disenangi pasaran Eropa.Terbukalah sudah jalan ke
Nusantara bagi Belanda.
Ekspedisi Belanda berikutnya ke Nusantara terhitung
mudah.Pada umumnya mereka diterima dengan baik di pelabuhan-pelabuhan yang
disinggahi,terkecuali di beberapa tempat.Seperti yang dialami Houtman ketika Ia
berlayar kembali ke Nusantara dan tiba di Aceh pada tahun 1599.Pada mulanya dua
kapal yang di bawa Houtman diterima dengan baik dan mendapat izin merapat
dipelabuhan Aceh.Tetapi karena hasutan Portugis,secara tiba-tiba Houtman
diserang.Ketika itu,rombongan Houtman tak siap kerena sedang mengadakan acara
makan bersama di kapal.Houtman di bunuh.Sebanyaj 100 orang Belanda yang ada
bersamanya juga dibunuh atau ditawan.Satu kapal di hancurkan oleh orang Aceh.
2.Faktor- Faktor
yang Mendorong Kedatangan Bangsa Barat ke Indonesia
Faktor-faktor yang mendorong bangsa-bangsa barat
pergi ke Indonesia,antara lain
1.Dikuasainya
rute dan pusat-pusat perdagangan di Timur Tengah oleh orang-orang Islam.
2.Adanya
kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu dengan ditemukan peta
dan kompas yang sangat penting bagi pelayaran.
3.Adanya
keinginan untuk mendapatkan rempah-rempah dari daerah asal sehingga harganya
lebih murah dan dapat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
4.Adanya
keinginan untuk melanjutkan Perang Salib dan menyebarkan agama Nasrani ke
daerah-daerah yang dikunjungi.
5Adanya
jiwa petualangan sehingga menggugah semangat untuk melakukan penjelajahan
samudra.
3. Situasi dan Kondisi
Kerajaan di Indonesia Pada Masa Kedatangan Bangsa Barat
Kota
Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Agaknya julukan itu diberikan
karena perannya sebagai pintu masuk bagi pedagang-pedagang asing yang hendak
masuk dan keluar pelabuhan-pelabuhan di kepulauan Indonesia.
Malaka
pada akhir abad ke-15 di kunjungi oleh para saudagar yang datang dari jazirah
Arab , Asia Selatan (India) , Asia Tenggara , Cina , dan dari wilayah Nusantara
sendiri . Pada waktu itu daerah ini merupakan pusat perdagangan di Asia. Dengan
demikian , tidak aneh bila penduduk-penduduk Mlaka bercampur dengan
anasir-anasir asing .
Penduduk
asli dan para pedagang tinggal di daerah-daerah khusus. Angin-angin yang
bertiup di daerah kepulauan memungkinkan pedagang-pedagang bertemu pada waktu
yang sama di Malaka. Semua kapal-kapal , baik yang datang dari Asia Barat maupun
yang datang dari Asia Timur menggunakan
sistem angin ini untuk pelayaran mereka.
Saat-saat yang sangat ramai di Malaka adalah antara bulan Desember dan
Malaka.
Sebagai
daerah penghasil , Malaka sebenarnya tidak begitu berarti , akan tetapi letak
geografisnya sangat menguntungkan. Malaka menjadi jalan silang antara Asia
Timur dan Asia Barat karena itu Malaka dapat menjadi kerajaan yang berpengaruh
atas daerah sekitarnya. Dari daerah sekitarnya itu Malaka memungut upeti.
Daerah-daerah
yang berda di bawahpengaruhnya kebanayakan terletak di Sumatera , di anatara
yang terpenting adalah sungai Kampar. Dari sinilah Malaka menjalankan
pengawasannya ini terhadapdaerah di bawah pengaruhnya yang lain, yakni
Minangkabau. Dari daerah ini pula Malaka dapat mempertimbangkan kemungkinan-
kemungkinan mengadakan ekspansinya ke Utara dan selatan Sumatera.
Disamping
daerah Kampar , Siak pun jatuh di bawah penaruhnya sehinggah Malaka dapat
mempengaruhi perdagangan emasnya . Dearah-daerah itu membayar upeti kepada
malaka hingga kedatangan orang-orang Portugis . upeti yang dibayar oleh Siak
kepada Malaka berupa emas. Disamping perluasan pengaruh kekuasaannya ke
derah-daerah di Sumatera , Malaka dapat juga menaklukan Kepulauan Riau Lingga.
Sebagai upeti yang diberikan daerah yang dikuasai Malaka dalah bahan pangan
untuk di ekspor. Tenaga-tenaga manusiapun di ambil dari sini. Penduduk daerah
ini terkenal sebagai orang-orang yang suka berperang.
Terhadap
daerah-daerah lain , selain yang disebut di atas , Malaka tidak meluaskan
pengarunya lagi Pada abad ke-16 , Malaka
merasa perlu mengambil sikap ini karena adanya ancaman dari Utara. Malaka
merasa bahwa Siam lebih berbahaya dari pada Cina. Di samping itu Mlaka masih tergantung dari Siam dalam
persediaan beras. Orang-orang dari Siam banyak juga yang datng dan menetap di
Malaka.
Hubungan
yang di jalin antara Malaka dan Jawa sangat baik dan hati-hati . Hubungan yang
baik ini perlu karena Malaka juga tergantung akan bahan-bahan pangan dari Jawa.
Ketika hubungan dengan Siam memburuk , hubungan dengan Jawa makin membaik.
Disamping tergantungnya malaka pada bahan pangan dari luar untuk kerajaannya
sendiri. Malaka juga memerlukan pangan bagi kapal-kapal dagang asing yang
datang ke Malaka. Persediaan dalam bidang pangan dan rempah-rempah harus selalu
cukup supaya dapat melayani semua pedagang. Para pedagang Jawa juga membawah
rempah-rempah dari Maluku ke Malaka.
Pada
abad ke-15 Malaka mengirimkan upeti
kepada raja-raja yang beragama Hindu di Jawa untuk mendapat bantuan dan
hasil-hasil pangan dari Jawa. Hubungan ini mendengur pada abad ke-16 karena
kekuasaan kerajaan-kerajaan yang dikuasai raja-raja yang beragama Hindu mulai mundur. Majapahit
mulai terdesakoleh kerajaan kerajaan di pantai utara Jawa, sabaliknya kerajaan
di pantai utara Jawa , sebaliknya kerajaan di pantai Utara Jawa mulai
berkembang kaerna perdagangan. Malaka yang pada abad ke-15 telah memeluk agama
islam mulai mencari sahabat yang seagama di pantai utara jawa sehingga membawa kemunduran bagi
Majapahit.
Disamping
Mlaka maju dibidang ekonomi , bidang agama juga demikian. Dengan kemajuan
Malaka , banyak alim ulama datang dan ikut mengembangkan agama islam di kota
ini. Penguasa dengan sendirinya mendorong perkembangan. Meskipun penguasa belum
memeluk agama Islam , pada abad ke-15 mereka telah mengizinkan agama islam
berkembang di Malaka. Penganut-penganut agama Islam diberi hak-hak istimewa
bahkan untuk mereka di bangun sebuah masjid.
Dari
keterangan-keterangan tersebut dapat dikatakan bahwa kemajuan-kemajuan yang di
alami Malaka tidak dapat di capai jika kerakjaan tersebut tidak mempunyai
peraturan-peraturan tertentu , yang memberikan jaminan lumayan kepada para
pedagang. Untuk itu terdapat aturan bea cukai , ukuran tentang kesatuan ukuran
, sistem pemakaian uang logam , dan sebagainya. Selain aturan-aturan tersebut ,
pemerintahannya juga sangat baik dan teratur.
Pada
abad ke-16 , Aceh mulai memegang peran penting di bagian Utara Pulau Sumatera.
Pengaruh Aceh ini meluas dari Barus di sebelah Utara hingga di sebelah selatan
di daerah Indrapura. Indrapura sebelum di bawah pengaruh Aceh merupakan daerah
pengaruh Minangkabau.
Ketika
orang-orang Portugis mulai datang ke malaka pada permulaan abad ke-16 , status
politik Aceh masih merupakan suatu kerajaan takluk dari kerajaan yang ada di
Sumatera Utara, yaitu Pidie. Akan tetapi , Aceh kemudian melepaskan diri dari
pengaruh kekuasaan Pidie berkat seorang tokoh kuat yang menjadi penguasa Aceh
pada waktu itu , yaitu Sultan Alih Muqhayat Syah (1514-1528) . Sultan inilah
yang menjadi pendiri Kerajaan Aceh. Kemajuan Aceh pada waktu itu sangat
terpengaruh oleh kemunduran Kerajaan Malaka yang mengalami pendudukan
orang-orang Portugis. Orang-orang Portugisdatang ke Malaka karena mereka
mengetahui bahwa pelabuhan Malaka merupakan pelabuhan transito yang banyak
didatangi pedagang dari segala penjuru angin. Hal ini sangat menarik perhatian
orang-orang Portugis. Keadaan Malaka yang mulai mundur itu telah memberi
kesempatan kepada Aceh untuk berkembang, dan ini masih mungkin , karena
orang-orang Portugis belum menaruh perhatian penuh kepada Aceh pada waktu itu.
Ketika
pada tahun 1511 Malaka jatuh ke tangan Portugis , daerah-daerah pengaruhnya
yang terdapat di Sumatera mulai melepaskan diri dari Malaka. Keadaan ini sangat
menguntungkan kerajaan Aceh yang mulai berkembang. Di bawah kepemimpinan Sultan
Ali Muqhayat Syah , Aceh mulai melebarkan kekuasaannya ke daerah-daerah
sekitarnya. Opersi-operasi militer diadakan terhadap wilyah-wilayah ini tidak
sja dengan tujuan agama dan politik , tetapi juga dengan tujuan ekonomi.
Ke
Utara Sultan Ali Muqhayat Syah memulai perangnya terhadap Pidie , Pasai , dan
Daya. Dalam pertempurandan pendudukan terhadap ketiga kerajaan ini , ia berhasi
merebut senjata-senjata dari orang-orang Portugis yang terdapat di
benteng-benteng mereka di Pidie. Di samping penyerbuan-penyerbuan yang sukses
ini , tujuan ekonominya pun tercapai.
Hubungan
politis antara Aceh dan Minangkabau pada periode itu tidak begitu jelas , yang
diketahui hanyalah bahwa Aceh mengambil penghasilan Minangkabau yang menuju
pantai barat. Sejak tahun 1511 banyak hasil perdagangan yang sedianya menuju
Malaka pda waktu itu di angkut ke pantai
barat. Di situlah pedagang-pedagang Gujarat datng dengan perahu dagangannya.
Hubungan
politik antara Aceh dengan pantai barat
berasal dari pemerintahan Alauddin Riayat Syah. Ketika Sultan Alauddin
meninggal , ia digantikan oleh seorng puteranya yang bernama Husain. Sultan
Husain ternyata tidak disukai oleh saudara-saudaranya yang telah menjadi Sultan
dari Pariaman dan Aru. Ia tidak disenagi oleh Sultan Fansur di Barus walaupun
iparnya sendiri. Perang terjadi ketika ketiga Sultan ini mengadakan perlawanan
terhadap Husain. Mereka bertiga ini dibantu oleh dato-dato dari Batak. Dalam
pertempuran ini Sultan Aru dan Sultan Husain wafat sehinggah yang tertinggal
adalah Sultan Mughal dari Pariaman. Salah satu turunan Sultan Pariaman menjadi
Raja Bujang yang emerintah di Aceh dengan nama Sulatan Ali Riayat Syah yang
memerintah antara tahun 1586 hingga 1588. Baru ketika iskandar Muda memerintah
di dapat lagi berita tentang Aceh. Iskndar Muda berhasil membawa kembali
daerah-daerah yang telah melepaskan diri dari Aceh kedalam kekuasaannya.
Daerah-daerah itu adalah Deli (1612) , Johor (1613) , Pahang (1618) , Kedah
(1619) , Perak (1620) dan Nias (1624-1625).
Daerah
Sumatera Barat bagi Aceh pada zaman itu selalu menarik karena daerah ini
merupakan sumber komoditas perdagangan emas dan lada . padaa waktu itu
permintaan akan emas dan lada dari para pedagang Gujarat dan Cina sangat tinggi
, kemudian juga dari orang-orng Portugis , Belanda , dan Inggris.
Di
bawah pemerintahannya yang ketat , Iskandar Muda menuntut 15% dari produksi
emas dan lada sebagai upeti. Sisa dari produksi itu dapat di jual dengan harga
yang telah ditetapkan olehnya. Di bawah sistem monopoli perdagangan ini
orang-orang asing hanya dapat berdagang di Kutaraja setelah mendapat izin dari
Raja. Izin untuk berdagang dengan orang asing di daerah lain yang berada
dibawah pengaruh Aceh hanya pernah diberikan dua kali , yaitu pada Cornelis de
Houtman dan James Lancaster dengan suatu tujuan politik.
Dengan
pemberian izin tersebut ia mencari sekutu melawan Portugis di Johor. Yang di
beri prioritas utuk datang berbelanja atau berdagang di Kutaraja adalah
orng-orang Gujarat , yang membawa bahan-bahan ke Aceh , seperti pakaian dan
sebagainya.
Jika
keadaan Malaka dan Aceh dlihat sebagai kerajaan yang bercorak Islam yang
menonjol pada abad ke-16 , Demak merupakan salah satu kerajaan yang bercorak
Islam yang menonjol pada abad ke-15. Orang yang berkuasa di Demak pada
permulaan abad ke-16 adalah Rade Patah. Raden Patah ini adalah pangeran dari
Palembang yang kawin dengan seorang putri (cucu) Sunan Ampel.
Perdagangan
yang dijalankan Demak dan Malaka terutama adalah beras dan bahan pangan yang
lain. Hubungan perdagangan tersebut mulai terganggu sejak Malaka pada tahun
1511 di kuasai Portugis , Pati Unus mengadakan serangan ke Malaka pada tahun
1513 meskipun mengalami kegagalan. Dapat dikatakan bahwa pada pertengahan abad
ke-16 Demak hampir menguasai seluruh pulau Jawa.
Ekspansi
yang di adakan Demak ke Jawa Barat pada tahun 1522 dan 1526 adalah daengan
tujuan untuk mendahului Portugis , yang sebelum itu telah singgah ke daerah
ini, tetapi belum mendirikan suatu kantor dagang.
Pada
tahun 1522 seorang Portugis bernama Jorge d’Alburquerque yang menjabat sebagai
Gubernur Malaka mengirim seorang utusan ke Raja Samian (Raja Sunda) untuk mencari hubungan dagang . orang
Poortugis yang di utus ini adalah Henrique Leme yang diterima dengan baik oleh
Raja Sunda. Sikap baik terhadap kedatangan orang Portugis ini di ambil dengan
alasan , pertama untuk hubungan dagang dan yang kedua adalah mendapat sahabat
dalam menghadapi kekuatan Demak yang pada waktu itu sedang mengadakan ekspansi
ke Jawa Barat.
Setelah
membicarakan daerah-daerah di sebelah Barat Nusantara , baiklah kita tinjau
daerah Indonesia bagian Timur. Raja-raja tertua di Maluku adalah raja dari
Jailolo , akan tetapi karena penduduk Ternate , Tidore , dan Bacan lebih banyak
dari pada Jailolo , para penguasa dari tiga daerah ini lebih menonjol. Kerajaan
Ternate terjadi kira-kira pada abad ke-13 , dan ibu kota kerajaan ini di
tempatkan di Sampalu. Di temapt ini pada abad-abad kemudian orang-orang
Portugis ikut mencampuri masalah tahta kerajaan . Pada permulaan abadke-14
kerajaan Ternate mulai maju karena berkembangnya perdagangan rempah-rempah.
Perdagangan rempah di jalannnka oleh orang-orang Jawa dan Melayu yang datng ke
pulau Maluku , khususnya ternate dan Tidore.
Tidak
jarang di antara para pedagang ini ada yang menetap di pulau-pulau ini.
Kemajuan yang di alami kesultanan Ternate menimbulkan iri hati
kerajaan-kerajaan sekelilingnya , yaitu Tidore , Bacan , dan Obi , mereka juga
ingin maju seperti Ternate.
Dengan
menetapnya orang melayu , Jawa , dan Arab di Ternate , agama islam pun masuk ke
daerah ini. Ketika Raja Zainal Abidin memerintah di Ternate ia mengambil
kesempatan untuk belajar agama di Gresik.
Mengenai
pualu Ternate juga telah diberitakan oleh Tome Pires bahwa penduduk pulau inii
merupakan orang-orang baik yang terbuka terhadap agama lain. Ia juga
menyebutkan bahwa Ternate merupakan kerajaan yang terbesar di antara kerajaan
lain karena Ternate mimiliki jumlah perahu yang disebut kora-kora yang banyak
perahu-perahu yang dimiliki Ternate sekitar 100 buah. Kora-kora ini di pakai
untuk mengadakan perang dengan tetangga-tetangganya dalam rangka perebutan
pengaruh. Hasil rempah-rempah Ternate juga tidak sedikit terutama Cengkeh yng
hasilya sekurang-kurangnya 50 bahar setahun .
Seperti
diketahui , kerajaan yang bercorak Islam di Semenajung Selatan , Sulawesi
adalah Gowa-Tallo , Bone , Wajo , dan Soppeng.kerajaan Wajo , Bone , dan
Soppeng bersatu dala persekutuan Tellum
Pocco (tiga kerajaan) sedangkan antara Gow-Tallo , dan Tellum Pocco terjadi
persaingan dengan Hegemoni di Semenanjung ini .
Hubungan
Kerajaan Gowa-Tallo dengan Ternate sangat baik , pada tahun 1580 kedua kerajaan
tersebut mengadakan persekutuan . Ternate pada waktu itu berada di bawah Sulta
Baabullah. Sultan Baabullah mencoba untuk membuat Raja Gowa-Tallo menganut
agama Islam , tetapi tidak berhasil. Islam baru berhasil masuk di Gowa-Tallo
pada waktu seorang Melayu , yaitu Datto’ri Bandang , datng ke Gowa-Tallo . Raja
Allauddin (1591-1638) adalah Raja pertama yang memeluk agama Islam . Setelah
Gowa-tallo menerima agama Islam (1605) , Bone mengikutinya pada tahun 1606
Pada
kira-kira tahun 1600 Sombaupu –Makassar atau pelabuhan dari kerajaan Gowa-Tallo
yang dari orang-orang Makasar di sebut ujung pandang merupakan pelabuhan yang
sangat ramai yang menyediakan perbekalan bagi kapal-kapal yang hendak
melanjutkan perjalanan , baik ke timur maupun ke barat. Rempah-remaph yang
dapat di peroleh di pelabuhan ini kadang-kadang lebih murah dari pada di Maluku
sendiri.
Hasrat
untuk ekspansi mungkin di akibatkan oleh dorongan untuk menyebarkan agama islam
yang baru masuk , dan mungkin juga karena kekayaan yang di peroleh dari
perdagangan yang ramai di pelabuhannya yang merupakan pelabuhan
transito dengan modal pelabuhan transito yang waktu itu paling besar di
Indonesia , kerajaan Gowa-Tallo ini juga di kenal oleh orang Belanda yng sudah
mulai datang ke Indonesia.
4.Penetrasi
Politik Bangsa Barat di Indonesia
Penetrasi Politik Belanda
Penetrasi Belanda dalam dunia
politik seringkali justru diundang oleh
konflik-konflik internal suatu kerajaan atau konflik antar kerajaan di
Indonesia. Yaitu di Sulawesi terdapat konflik dalam negeri antara Gowa-Tallo
dengan Bone. Sehingga VOC mampu
memonopoli di Makasar maupun di Indonesia bagian timur. Selanjutnya penetrasi
politik Belanda terjadi di Banjarmasin. Pada mulanya Belanda datang pada abad
ke-17, dengan susah payah mendapat izin untuk berdagang disitu, namun
diusir beberapa kali. Akhirnya Belanda
mendapat izin dari Sultan Tahlilillah. Perebutan kekuasaan oleh Pangeran Amir
dan Pangeran Nata, yang mana dimenangkan Pangeran Nata dengan bantuan Belanda,
membuat kekuasaan Belanda semakin besar dan kokoh. Dan akhirnya secara de
facto, Belanda sudah menjadi penguasa politik di Banjarmasin.
Jalan Menuju
Terbentuknya VOC
Di Maluku,Belanda lebih
beruntung.Ketika kapal pimpinan dua admiral bawahan van Neck tiba di
sana,mereka diminta bantuan oleh orang-orang Maluku untuk mengusir
Portugis.Bila berhasil imbalannya adalah panen cengkeh selama satu
tahun.Permintaan serupa juga datang dari Ternate,Sultan Barkat,pengganti Sultab
Babullah,meminta Belanda mengusir Portugis dari istananya di Tidore.Tetapi
permintaan tersebut tidak dapat dilakukan,mengingat misi mereka adalah misi
dagang swasta,bukan mewakili pemerintah Belanda.Prinsip yang mereka pegang
adalah melawan bila diserang,bukan menyerang.Karena itu tidak mungkin mereka
berperang melawan Spanyol ataupun Portugis yang ketika itu berada di perairan
Nusantara.
Pada tahun 1601,terjadi pertempuran
laut antara lima kapal Belanda dan kapal Portugis yang ada di sana.Hal tersebut
membuka mata para pedagang Belanda betapa untuk itu mereka harus bersatu dan
memiliki wewenang.Tanpa itu,akan sukar bagi mereka untuk melawan musuh dari
nagara lain.Secara internal juga timbul persaingan yang tidak seha,karena
ternyata ada pedagang Belanda yang membiayai sendiri sebuah kapalke Nusantara.
Menyadari hal itu,di bawah Staten
Generaal,Belanda lalu mengarahkan para pedagang untuk membuat suatu persekutan dagang
yang dinamakan VOC,singkatan dari Verenigde Oosttindische Companie.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Perang Salib merupakan awal
penetrasi Barat terhadap Indonesia yang selanjutnya bangsa Indonesia berada
dalam jajahan negara-negara Barat. Karena mulai dari Perang Salib inilah bangsa
Indonesia banyak mengalami kerugian, baik kerugian yang bersifat material
seperti banyaknya wilayah Indonesia yang direbut Barat, diduduki dan dikuasai,
juga kerugian non material yang berupa mulai hilangnya peradaban Indonesia dan
mulai masuknya peradaban-peradaban Barat.
Selain hal diatas yang
melatarbelakangi penjajahan Barat adalah faktor ekonomi dan politik.
Bentuk-bentuk penjajahan barat terhadap bangsa Indonesia berupa penyerangan,
penaklukan, sehingga banyak wilayah-wilayah Indonesia yang jatuh ke
negara-negara Barat. Juga berupa penindasan, penghisapan dan perbudakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Notosusanto,
Nugroho:Poesponegoro Marwati Djoened, 2008, Sejarah Nasional Indonesia, Jilid 3,
Jakarta: PN Balai Pustaka.
Suyono
Capt.R.P,2003,Peperangan Kerajaan di Nusantara,Jakarta:PT Gramedia
0 komentar:
Posting Komentar