Jumat, 09 Mei 2014



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Pada permulaan abad Pertengahan, orang-orang Eropa sudah mengenal hasil bumi dari dunia Timur, terutama rempah-rempah dari Indonesia. Dengan jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani (1453) mengakibatkan hubungan perdagangan antara Eropa dan Asia Barat (Timur Tengah) terputus.
Hal ini mendorong orang- orang Eropa mencari jalan sendiri ke dunia Timur untuk mendapatkan rempah-rempah yang sangat mereka butuhkan. Melalui penjelajahan samudra, akhirnya bangsa-bangsa Barat berhasil mencapai Indonesia. Kedatangan bangsa-bangsa Barat di Indonesia pada mulanya lewat kongsi-kongsi perdagangan. Kongsi-kongsi perdagangan tersebut berusaha untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Indonesia melalui praktik monopoli.

1.2  Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini,yaitu
1.Bagaimana proses kedatangan bangsa barat ke Indonesia?
2.Apa saja faktor-faktor yang mendorong kedatangan bangsa barat ke Indonesia?
3,Bagaimana situasi dan kondisi kerajaan di Indonesia pada masa kedatangan bangsa barat?
4.Bagaimana penetrasi politik bangsa barat di Indonesia?

1.3  Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini,antara lain
1.Dapat mengetahui proses kedatangan bangsa barat ke Indonesia
2.Dapat mengetahui faktor-faktor yang mendorong bangsa barat ke Indonesia
3.Dapat memahami situasi dan kondisi kerajaan pada saat kedatangan bangsa barat di Indonesia
4.Dapat mengetahui penetrasi politik bangsa barat di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

1.Proses Kedatangan Bangsa Barat di Indonesia
A.Ekspedisi Vasco da Gama
Pada tahun 1948,Vasco da Gama,seorang Portugis memimpin ekspedisi mengelilingi Afrika.Mereka kemudian tiba di Goa,sebelah barat India.Pedagang-pedagang Arab dan Persia sudah lebih dahulu ada di sana,merasa tidak senang atas kehadiran Portugis tersebut.Mereka memandangnya sebagai saingan berat.Secara tiba-tiba,kapal Vasco da Gama diserang sehingga kalah dan terpaksa kembali ke Portugal.Meskipun Portugis kalah,inilah awal terbukanya jalan ke timur bagi orang-orang barat.
Empat tahun kemudian,Vasco da Gama kembali lagi.Ia membawa armada yang terdiri  atas 20 kapal.Misinya bukan lagi semata berdagang,melainkan menetap dan membuat benteng serta gudang-gudang perdagangannya.Dengan cara ini,kekuasaan Portugis akan kokoh disana.
Portugis juga berusaha memperluas pengaruhnya ke timur.Pada tahun 1509,mereka tiba di Malaka.Sultan Machmud,raja Malaka member izin bagi Portugis untuk membuka kantor perdagangan di sana.Tetapi tak lama kemudian mereka malah diserang.Diduga penyerangan tersebut terjadi karena penduduk setempat tak berkenan dengan dengan kelakuan oramg-orang Portugis.Kapal-kapal Portugis di kurung dan gudangnya dibakar.Hanya beberapa orang saja yang berhasil menyelamatkan diri ke Goa.Itu pun dengan susah payah.Menerima kenyataan tersebut,D’Albuquerque gubernur jenderal di sana,segera berangkat untuk menghukum Malaka.Ia membawa 19 kapal dengan pasukan yang kuat,Dengan meriam-meriam kapal,pelabuhan Malaka di tembak.Kemudian pasukannya mendarat di sana.Sultan Machmud melarikan diri ke pedalaman.Portugis pun lalu membangun benteng yang kuat di Malaka.Kapal-kapal yang di persenjatai dengan maksimal ditempatkan di luar pelabuhan untuk mengantisipasi musuh dari luar.Pada kondisi demikianlah Patti Unus menyerang Malaka dan kemudian kalah.Tatapi orang-orang Jawa yang menetap disana memiliki hubungan dagang yang aktif dengan Portugis.
B.Portugis Memasuki Nusantara
Untuk memperbesar pengaruhnya,kapal-kapal dagang Portugis juga melakukan pelayaran ke arah timur.Pada tahun 1512,tibalah mereka di Maluku.Maluku adalah sumber rempah-rempah yang di cari orang barat,yaitu biji pala dan cengkeh.Penemuan Maluku adalah pintu gerbang zaman keemasan bagi Portugal.Selain menjadikan Goa sebagai pusat kekuatan,Portugis juga mempunyai kuasa di Maluku dan Ternate.
Namun tidak demikian halnya dengan Jawa ,Sumatra,dan Kalimantan.Di ketiga pulau in,Portugis tak pernah mempunyai kakuasaa.Pernah mereka mencoba menetap di Pasai,kawasan pantai utara Sumatr,tetapi tak berhasil.Sultan Malaka yang selalu berperang dengan Aceh dan Jepara pada 75 tahun pertam,telah membuat Portugis menaruh segan terhadap Aceh.Serangan Jepara tahun 1513 adalah permulaan kesengsaraa,karena disusul dengan serangan-serangan berikutnya dari Jepara dan Aceh.Baru pada tahun 1587 Malaka dapat berada dalam keadaan tenang.Pasalnya,Sultan Aceh Aladin Riayat mau berdamai dengan Portugis.
Sementara itu di Maluku,oleh Sultan Ternate Portugis diberi hak monopoli perdagangan rempah-rempah.Hal ini menjadi dasar bagi Portugis untuk membangun benteng yang kuat disana,sebelum akhirnya menduduki pulau-pulau sekitar.Di sisi lain,kebijakan Sultan tersebut merupakan pukulan hebat bagi pedagang dari Jawa,Bugis,serta pedagang pribumi lainnya.Bilamana sebelumnya mereka dapat mengangkut dagangannya dengan perahu sendiri,sejak itu harus diangkut oleh kapal Portugis.
C.Kesepakatan Portugis dan Spanyol
Di tengah merasakan nikmatnya mendapat hak monopoli,Portugis dikejutkan dengan kedatangan dua kapal Spanyol di Tidore pada tahun 1521.Sesungguhnya kapal Spanyol tersebut tengah berlayar menuju sebelah barat India.Sebagaimana disepakati dalam perjanjian yang juga di sahkan oleh Paus dari Roma,Spanyol mendapat hak atas sebelah barat India,sementara Portugis sebelah timur.
Dengan lima kapal,armada Spanyol yang dipimpin Ferdinand Magellaan berangkat dari Spanyol tahun 1519.Mereka berlayar menyusuri ke arah barat,Magellaaan yakin mereka akan tiba dengan sendirinya di India sebelah barat.Mereka berlayar melalui Amerika Selatan,menyusuri selat pulau-pulau sebelah selatannya sampai ke Filipina.Selat yang dilalui tersebut kemudian disebut Selat Magellaan.Hingga tiba di Filipina tersebut,rombongan Magellaan menghabiskan waktu dua tahun.Selama itu mereka kehilangan tiga kapal.Dua yang tersisa berlabuh jangkar di pulau Tidore.Sesuai kesepakatan dengan Portugis,akhirnya Spanyol berkuasa di Filipina,sementara Portugis di Maluku.
Perjalanan Magellaan tersebut menjadikannya orang pertama yang berlayar keliling dunia.







D.Ekspedisi Dagang Belanda ke Nusantara
Sekalipun sudah memudar kekuatannya,gaung keberhasilan Portugis tersebut terdengar gencar di Eropa.Salah satu negara kecil yang tergoda untuk menirunya adalah Belanda.Orang-orang Belanda berniat mencari jalan ke Nusantara untuk melakukan perdagangan..Pada tahun 1595,dimulailah ekspedisi dengan armada yang terdiri dari empat kapal,diwakili oleh 250 orang dan dipersenjatai dengan 100 meriam.Kapal-kapal ini milik persekutuan dagang yang diberi nama Companie van Verre.Organisasi ini didirikan oleh orang-orang Belanda untuk tujuan ekspedisi ke Nusantara.Bertindak sebagai pemimpin adalah Coenelis de Houtman,seorang pedagang besar,dengan dinakhodai oleh mualim kepala bernama Keijser.
Setelah melampaui 450 hari perjalanan dan kehilangan hamper dari separuh orang-orangnya,akhirnya Houtman mendarat di pelabuhan Banten pada tahun 1596.Orang Portugis langsung mendatangi kapal Belanda dan membujuk mereka agar berlayar terus.Portugis menganggap Belanda adalah saingan yang potensial.Demikian pula sambutan penduduk setempat.Ketika Houtman datang menghadap Bupati Jayanagara,Ia dan delapan pengawalnya malah ditangkapi.Saat itu Jayanagara adalah pemegang kendali pemerintahan karena Sultan Muhammad,Sultan Banten yang masih muda baru saja tewas terkena peluru dalam peperangan di Palembang.Akhirnya Houtman dilepas setelah kapal Belanda menghujani Banten dengan meriam.Tetapi mereka harus membayar tebusan sebanyak 4.500gulden.Menyadari dengan berdagang dengan cara demikian tidak akan menguntungkan,akhirnya Houtman mengangkat sauh.Mereka sempat singgah di Sedayu.Tetapi lagi-lagi mereka diserang,kali ini oleh Bupati Sedayu dan pasukannya.
Setelah terus berlayar,akhirnya Houtman diterima dengan baik di Bali.Namun ketika itu anak buah kapal sudah banyak berkurang,tak lagi cukup untuk melayani empat kapal.Houtman lalu memutuskan untuk membakar salah satu kapal yang sudah bocor.
E.Nusantara Terbuka bagi Belanda
Menyadari bahwa kondisi sudah tidak memungkinkan untuk berdagang,akhirnya Houtman kembali ke Belanda melalui pantai selatan Jawa.Dengan tiga kapal yang tersisa,Ia hanya mampu membawa sedikit muatan dan banyak anak buah yang jatuh sakit.Pada bulan Agustus 1597,ketika Houtman merapat di Belanda,hanya 90 anak buah yang tersisa bersamanya dari 250 orang yang ikut berlayar.Namun demikian,orang Belanda gembira karena ekspedisi Houtman dianggap sebagai pembuka jalan bagi Belanda menuju Nusantara.
Sebagai perintis Houtman memberi inspirasi bagi yang lainnya.Penerusnya kemudian adalah Admiral van Neck.Pada tahun 1598,van Neck membawa delapan kapal dengan perlengkapan baik menuju Nusantara.Pelayaran berjalan mulus.Van Neck pun tiba di Banten dengan aman.Keberuntungan menghampiri van Neck,karena kebetulan Portugis baru saja di usir dari Banten karena perbuatannya yang kasar dan tidak menyenangkan.Sebagaimana Houtman,van Neck juga disambut oleh Bupati Jayanagara.Jayanagara meminta van Neck membayar di muka uang pelabuhan sebanyak 100.000gulden.Ia juga tidak diizinkan bertransaksi langsung dengan penduduk,tatapi harus melalui Jayanagara.Untuk memuat barang ke kapal,van Neck juga harus membayar beberapa ratus gulden ke Syahbandar pelabuhan Banten.Berbeda dengan Hotman,van Neck menyanggupi semua syarat Jayanagara tersebut.Dengan demikian,van Neck langsung bebas berdagang.




Van Neck berhasil memuat empat kapalnya dengan lada,cengke,biji pala,dan muatan lainnya yang akan laku di Eropa.Empat kapal lagi masih kosong.Untuk mengisinya,Ia menugaskan admiral bawahanny,yaitu van Waerwijk dan van Heemskerck pergi ke Maluk,sedangkan van Neck berlayar kembali ke Belanda.Namun sebelumnya Ia menghadap dahulu ke putra kerajaan Banten,seorang anak yang baru berumur tiga tahun.Kepadanya van Neck menyampaikan sejumlah upeti.Tata karma yang dijalankan van Neck mampu merebut hati tuan rumah dan membuat langkahnya terbuka.
Di negeri Belanda,van Neck di sambut gembira karena sukses kembali dalam waktu satu tahu,Ia membawa empat kapal yang penuh muatan berharga yang sangat disenangi pasaran Eropa.Terbukalah sudah jalan ke Nusantara bagi Belanda.
Ekspedisi Belanda berikutnya ke Nusantara terhitung mudah.Pada umumnya mereka diterima dengan baik di pelabuhan-pelabuhan yang disinggahi,terkecuali di beberapa tempat.Seperti yang dialami Houtman ketika Ia berlayar kembali ke Nusantara dan tiba di Aceh pada tahun 1599.Pada mulanya dua kapal yang di bawa Houtman diterima dengan baik dan mendapat izin merapat dipelabuhan Aceh.Tetapi karena hasutan Portugis,secara tiba-tiba Houtman diserang.Ketika itu,rombongan Houtman tak siap kerena sedang mengadakan acara makan bersama di kapal.Houtman di bunuh.Sebanyaj 100 orang Belanda yang ada bersamanya juga dibunuh atau ditawan.Satu kapal di hancurkan oleh orang Aceh.





2.Faktor- Faktor yang Mendorong Kedatangan Bangsa Barat ke Indonesia
Faktor-faktor yang mendorong bangsa-bangsa barat pergi ke Indonesia,antara lain
1.Dikuasainya rute dan pusat-pusat perdagangan di Timur Tengah oleh orang-orang Islam.
2.Adanya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu dengan ditemukan peta dan kompas yang sangat penting bagi pelayaran.
3.Adanya keinginan untuk mendapatkan rempah-rempah dari daerah asal sehingga harganya lebih murah dan dapat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
4.Adanya keinginan untuk melanjutkan Perang Salib dan menyebarkan agama Nasrani ke daerah-daerah yang dikunjungi.
5Adanya jiwa petualangan sehingga menggugah semangat untuk melakukan penjelajahan samudra.









3. Situasi dan Kondisi Kerajaan di Indonesia Pada Masa Kedatangan Bangsa Barat
Kota Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Agaknya julukan itu diberikan karena perannya sebagai pintu masuk bagi pedagang-pedagang asing yang hendak masuk dan keluar pelabuhan-pelabuhan di kepulauan Indonesia.
Malaka pada akhir abad ke-15 di kunjungi oleh para saudagar yang datang dari jazirah Arab , Asia Selatan (India) , Asia Tenggara , Cina , dan dari wilayah Nusantara sendiri . Pada waktu itu daerah ini merupakan pusat perdagangan di Asia. Dengan demikian , tidak aneh bila penduduk-penduduk Mlaka bercampur dengan anasir-anasir asing .
Penduduk asli dan para pedagang tinggal di daerah-daerah khusus. Angin-angin yang bertiup di daerah kepulauan memungkinkan pedagang-pedagang bertemu pada waktu yang sama di Malaka. Semua kapal-kapal , baik yang datang dari Asia Barat maupun yang datang dari Asia Timur  menggunakan sistem angin ini untuk pelayaran mereka.  Saat-saat yang sangat ramai di Malaka adalah antara bulan Desember dan Malaka.
Sebagai daerah penghasil , Malaka sebenarnya tidak begitu berarti , akan tetapi letak geografisnya sangat menguntungkan. Malaka menjadi jalan silang antara Asia Timur dan Asia Barat karena itu Malaka dapat menjadi kerajaan yang berpengaruh atas daerah sekitarnya. Dari daerah sekitarnya itu Malaka memungut upeti.
Daerah-daerah yang berda di bawahpengaruhnya kebanayakan terletak di Sumatera , di anatara yang terpenting adalah sungai Kampar. Dari sinilah Malaka menjalankan pengawasannya ini terhadapdaerah di bawah pengaruhnya yang lain, yakni Minangkabau. Dari daerah ini pula Malaka dapat mempertimbangkan kemungkinan- kemungkinan mengadakan ekspansinya ke Utara dan selatan Sumatera.
Disamping daerah Kampar , Siak pun jatuh di bawah penaruhnya sehinggah Malaka dapat mempengaruhi perdagangan emasnya . Dearah-daerah itu membayar upeti kepada malaka hingga kedatangan orang-orang Portugis . upeti yang dibayar oleh Siak kepada Malaka berupa emas. Disamping perluasan pengaruh kekuasaannya ke derah-daerah di Sumatera , Malaka dapat juga menaklukan Kepulauan Riau Lingga. Sebagai upeti yang diberikan daerah yang dikuasai Malaka dalah bahan pangan untuk di ekspor. Tenaga-tenaga manusiapun di ambil dari sini. Penduduk daerah ini terkenal sebagai orang-orang yang suka berperang.
Terhadap daerah-daerah lain , selain yang disebut di atas , Malaka tidak meluaskan pengarunya lagi  Pada abad ke-16 , Malaka merasa perlu mengambil sikap ini karena adanya ancaman dari Utara. Malaka merasa bahwa Siam lebih berbahaya dari pada Cina. Di samping itu  Mlaka masih tergantung dari Siam dalam persediaan beras. Orang-orang dari Siam banyak juga yang datng dan menetap di Malaka.
Hubungan yang di jalin antara Malaka dan Jawa sangat baik dan hati-hati . Hubungan yang baik ini perlu karena Malaka juga tergantung akan bahan-bahan pangan dari Jawa. Ketika hubungan dengan Siam memburuk , hubungan dengan Jawa makin membaik. Disamping tergantungnya malaka pada bahan pangan dari luar untuk kerajaannya sendiri. Malaka juga memerlukan pangan bagi kapal-kapal dagang asing yang datang ke Malaka. Persediaan dalam bidang pangan dan rempah-rempah harus selalu cukup supaya dapat melayani semua pedagang. Para pedagang Jawa juga membawah rempah-rempah dari Maluku ke Malaka.
Pada abad ke-15  Malaka mengirimkan upeti kepada raja-raja yang beragama Hindu di Jawa untuk mendapat bantuan dan hasil-hasil pangan dari Jawa. Hubungan ini mendengur pada abad ke-16 karena kekuasaan kerajaan-kerajaan yang dikuasai raja-raja  yang beragama Hindu mulai mundur. Majapahit mulai terdesakoleh kerajaan kerajaan di pantai utara Jawa, sabaliknya kerajaan di pantai utara Jawa , sebaliknya kerajaan di pantai Utara Jawa mulai berkembang kaerna perdagangan. Malaka yang pada abad ke-15 telah memeluk agama islam mulai mencari sahabat yang seagama di pantai  utara jawa sehingga membawa kemunduran bagi Majapahit.
Disamping Mlaka maju dibidang ekonomi , bidang agama juga demikian. Dengan kemajuan Malaka , banyak alim ulama datang dan ikut mengembangkan agama islam di kota ini. Penguasa dengan sendirinya mendorong perkembangan. Meskipun penguasa belum memeluk agama Islam , pada abad ke-15 mereka telah mengizinkan agama islam berkembang di Malaka. Penganut-penganut agama Islam diberi hak-hak istimewa bahkan untuk mereka di bangun sebuah masjid.
Dari keterangan-keterangan tersebut dapat dikatakan bahwa kemajuan-kemajuan yang di alami Malaka tidak dapat di capai jika kerakjaan tersebut tidak mempunyai peraturan-peraturan tertentu , yang memberikan jaminan lumayan kepada para pedagang. Untuk itu terdapat aturan bea cukai , ukuran tentang kesatuan ukuran , sistem pemakaian uang logam , dan sebagainya. Selain aturan-aturan tersebut , pemerintahannya juga sangat baik dan teratur.
Pada abad ke-16 , Aceh mulai memegang peran penting di bagian Utara Pulau Sumatera. Pengaruh Aceh ini meluas dari Barus di sebelah Utara hingga di sebelah selatan di daerah Indrapura. Indrapura sebelum di bawah pengaruh Aceh merupakan daerah pengaruh Minangkabau.
Ketika orang-orang Portugis mulai datang ke malaka pada permulaan abad ke-16 , status politik Aceh masih merupakan suatu kerajaan takluk dari kerajaan yang ada di Sumatera Utara, yaitu Pidie. Akan tetapi , Aceh kemudian melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan Pidie berkat seorang tokoh kuat yang menjadi penguasa Aceh pada waktu itu , yaitu Sultan Alih Muqhayat Syah (1514-1528) . Sultan inilah yang menjadi pendiri Kerajaan Aceh. Kemajuan Aceh pada waktu itu sangat terpengaruh oleh kemunduran Kerajaan Malaka yang mengalami pendudukan orang-orang Portugis. Orang-orang Portugisdatang ke Malaka karena mereka mengetahui bahwa pelabuhan Malaka merupakan pelabuhan transito yang banyak didatangi pedagang dari segala penjuru angin. Hal ini sangat menarik perhatian orang-orang Portugis. Keadaan Malaka yang mulai mundur itu telah memberi kesempatan kepada Aceh untuk berkembang, dan ini masih mungkin , karena orang-orang Portugis belum menaruh perhatian penuh kepada Aceh pada waktu itu.
Ketika pada tahun 1511 Malaka jatuh ke tangan Portugis , daerah-daerah pengaruhnya yang terdapat di Sumatera mulai melepaskan diri dari Malaka. Keadaan ini sangat menguntungkan kerajaan Aceh yang mulai berkembang. Di bawah kepemimpinan Sultan Ali Muqhayat Syah , Aceh mulai melebarkan kekuasaannya ke daerah-daerah sekitarnya. Opersi-operasi militer diadakan terhadap wilyah-wilayah ini tidak sja dengan tujuan agama dan politik , tetapi juga dengan tujuan ekonomi.
Ke Utara Sultan Ali Muqhayat Syah memulai perangnya terhadap Pidie , Pasai , dan Daya. Dalam pertempurandan pendudukan terhadap ketiga kerajaan ini , ia berhasi merebut senjata-senjata dari orang-orang Portugis yang terdapat di benteng-benteng mereka di Pidie. Di samping penyerbuan-penyerbuan yang sukses ini , tujuan ekonominya pun tercapai.
Hubungan politis antara Aceh dan Minangkabau pada periode itu tidak begitu jelas , yang diketahui hanyalah bahwa Aceh mengambil penghasilan Minangkabau yang menuju pantai barat. Sejak tahun 1511 banyak hasil perdagangan yang sedianya menuju Malaka pda waktu  itu di angkut ke pantai barat. Di situlah pedagang-pedagang Gujarat datng dengan perahu dagangannya.
Hubungan politik antara Aceh dengan pantai barat  berasal dari pemerintahan Alauddin Riayat Syah. Ketika Sultan Alauddin meninggal , ia digantikan oleh seorng puteranya yang bernama Husain. Sultan Husain ternyata tidak disukai oleh saudara-saudaranya yang telah menjadi Sultan dari Pariaman dan Aru. Ia tidak disenagi oleh Sultan Fansur di Barus walaupun iparnya sendiri. Perang terjadi ketika ketiga Sultan ini mengadakan perlawanan terhadap Husain. Mereka bertiga ini dibantu oleh dato-dato dari Batak. Dalam pertempuran ini Sultan Aru dan Sultan Husain wafat sehinggah yang tertinggal adalah Sultan Mughal dari Pariaman. Salah satu turunan Sultan Pariaman menjadi Raja Bujang yang emerintah di Aceh dengan nama Sulatan Ali Riayat Syah yang memerintah antara tahun 1586 hingga 1588. Baru ketika iskandar Muda memerintah di dapat lagi berita tentang Aceh. Iskndar Muda berhasil membawa kembali daerah-daerah yang telah melepaskan diri dari Aceh kedalam kekuasaannya. Daerah-daerah itu adalah Deli (1612) , Johor (1613) , Pahang (1618) , Kedah (1619) , Perak (1620) dan Nias (1624-1625).
Daerah Sumatera Barat bagi Aceh pada zaman itu selalu menarik karena daerah ini merupakan sumber komoditas perdagangan emas dan lada . padaa waktu itu permintaan akan emas dan lada dari para pedagang Gujarat dan Cina sangat tinggi , kemudian juga dari orang-orng Portugis , Belanda , dan Inggris.
Di bawah pemerintahannya yang ketat , Iskandar Muda menuntut 15% dari produksi emas dan lada sebagai upeti. Sisa dari produksi itu dapat di jual dengan harga yang telah ditetapkan olehnya. Di bawah sistem monopoli perdagangan ini orang-orang asing hanya dapat berdagang di Kutaraja setelah mendapat izin dari Raja. Izin untuk berdagang dengan orang asing di daerah lain yang berada dibawah pengaruh Aceh hanya pernah diberikan dua kali , yaitu pada Cornelis de Houtman dan James Lancaster dengan suatu tujuan politik.
Dengan pemberian izin tersebut ia mencari sekutu melawan Portugis di Johor. Yang di beri prioritas utuk datang berbelanja atau berdagang di Kutaraja adalah orng-orang Gujarat , yang membawa bahan-bahan ke Aceh , seperti pakaian dan sebagainya.
Jika keadaan Malaka dan Aceh dlihat sebagai kerajaan yang bercorak Islam yang menonjol pada abad ke-16 , Demak merupakan salah satu kerajaan yang bercorak Islam yang menonjol pada abad ke-15. Orang yang berkuasa di Demak pada permulaan abad ke-16 adalah Rade Patah. Raden Patah ini adalah pangeran dari Palembang yang kawin dengan seorang putri (cucu) Sunan Ampel.
Perdagangan yang dijalankan Demak dan Malaka terutama adalah beras dan bahan pangan yang lain. Hubungan perdagangan tersebut mulai terganggu sejak Malaka pada tahun 1511 di kuasai Portugis , Pati Unus mengadakan serangan ke Malaka pada tahun 1513 meskipun mengalami kegagalan. Dapat dikatakan bahwa pada pertengahan abad ke-16 Demak hampir menguasai seluruh pulau Jawa.
Ekspansi yang di adakan Demak ke Jawa Barat pada tahun 1522 dan 1526 adalah daengan tujuan untuk mendahului Portugis , yang sebelum itu telah singgah ke daerah ini, tetapi belum mendirikan suatu kantor dagang.
Pada tahun 1522 seorang Portugis bernama Jorge d’Alburquerque yang menjabat sebagai Gubernur Malaka mengirim seorang utusan ke Raja Samian (Raja Sunda)  untuk mencari hubungan dagang . orang Poortugis yang di utus ini adalah Henrique Leme yang diterima dengan baik oleh Raja Sunda. Sikap baik terhadap kedatangan orang Portugis ini di ambil dengan alasan , pertama untuk hubungan dagang dan yang kedua adalah mendapat sahabat dalam menghadapi kekuatan Demak yang pada waktu itu sedang mengadakan ekspansi ke Jawa Barat.
Setelah membicarakan daerah-daerah di sebelah Barat Nusantara , baiklah kita tinjau daerah Indonesia bagian Timur. Raja-raja tertua di Maluku adalah raja dari Jailolo , akan tetapi karena penduduk Ternate , Tidore , dan Bacan lebih banyak dari pada Jailolo , para penguasa dari tiga daerah ini lebih menonjol. Kerajaan Ternate terjadi kira-kira pada abad ke-13 , dan ibu kota kerajaan ini di tempatkan di Sampalu. Di temapt ini pada abad-abad kemudian orang-orang Portugis ikut mencampuri masalah tahta kerajaan . Pada permulaan abadke-14 kerajaan Ternate mulai maju karena berkembangnya perdagangan rempah-rempah. Perdagangan rempah di jalannnka oleh orang-orang Jawa dan Melayu yang datng ke pulau Maluku , khususnya ternate dan Tidore.
Tidak jarang di antara para pedagang ini ada yang menetap di pulau-pulau ini. Kemajuan yang di alami kesultanan Ternate menimbulkan iri hati kerajaan-kerajaan sekelilingnya , yaitu Tidore , Bacan , dan Obi , mereka juga ingin maju seperti Ternate.
Dengan menetapnya orang melayu , Jawa , dan Arab di Ternate , agama islam pun masuk ke daerah ini. Ketika Raja Zainal Abidin memerintah di Ternate ia mengambil kesempatan untuk belajar agama di Gresik.
Mengenai pualu Ternate juga telah diberitakan oleh Tome Pires bahwa penduduk pulau inii merupakan orang-orang baik yang terbuka terhadap agama lain. Ia juga menyebutkan bahwa Ternate merupakan kerajaan yang terbesar di antara kerajaan lain karena Ternate mimiliki jumlah perahu yang disebut kora-kora yang banyak perahu-perahu yang dimiliki Ternate sekitar 100 buah. Kora-kora ini di pakai untuk mengadakan perang dengan tetangga-tetangganya dalam rangka perebutan pengaruh. Hasil rempah-rempah Ternate juga tidak sedikit terutama Cengkeh yng hasilya sekurang-kurangnya 50 bahar setahun .
Seperti diketahui , kerajaan yang bercorak Islam di Semenajung Selatan , Sulawesi adalah Gowa-Tallo , Bone , Wajo , dan Soppeng.kerajaan Wajo , Bone , dan Soppeng bersatu dala persekutuan Tellum  Pocco (tiga kerajaan) sedangkan antara Gow-Tallo , dan Tellum Pocco terjadi persaingan dengan Hegemoni di Semenanjung ini .
Hubungan Kerajaan Gowa-Tallo dengan Ternate sangat baik , pada tahun 1580 kedua kerajaan tersebut mengadakan persekutuan . Ternate pada waktu itu berada di bawah Sulta Baabullah. Sultan Baabullah mencoba untuk membuat Raja Gowa-Tallo menganut agama Islam , tetapi tidak berhasil. Islam baru berhasil masuk di Gowa-Tallo pada waktu seorang Melayu , yaitu Datto’ri Bandang , datng ke Gowa-Tallo . Raja Allauddin (1591-1638) adalah Raja pertama yang memeluk agama Islam . Setelah Gowa-tallo menerima agama Islam (1605) , Bone mengikutinya pada tahun 1606
Pada kira-kira tahun 1600 Sombaupu –Makassar atau pelabuhan dari kerajaan Gowa-Tallo yang dari orang-orang Makasar di sebut ujung pandang merupakan pelabuhan yang sangat ramai yang menyediakan perbekalan bagi kapal-kapal yang hendak melanjutkan perjalanan , baik ke timur maupun ke barat. Rempah-remaph yang dapat di peroleh di pelabuhan ini kadang-kadang lebih murah dari pada di Maluku sendiri.
Hasrat untuk ekspansi mungkin di akibatkan oleh dorongan untuk menyebarkan agama islam yang baru masuk , dan mungkin juga karena kekayaan yang di peroleh dari perdagangan yang ramai  di  pelabuhannya yang merupakan pelabuhan transito dengan modal pelabuhan transito yang waktu itu paling besar di Indonesia , kerajaan Gowa-Tallo ini juga di kenal oleh orang Belanda yng sudah mulai datang ke Indonesia.










4.Penetrasi Politik Bangsa Barat di Indonesia
    Penetrasi Politik Belanda
Penetrasi Belanda dalam dunia politik seringkali  justru diundang oleh konflik-konflik internal suatu kerajaan atau konflik antar kerajaan di Indonesia. Yaitu di Sulawesi terdapat konflik dalam negeri antara Gowa-Tallo dengan Bone.  Sehingga VOC mampu memonopoli di Makasar maupun di Indonesia bagian timur. Selanjutnya penetrasi politik Belanda terjadi di Banjarmasin. Pada mulanya Belanda datang pada abad ke-17, dengan susah payah mendapat izin untuk berdagang disitu, namun diusir  beberapa kali. Akhirnya Belanda mendapat izin dari Sultan Tahlilillah. Perebutan kekuasaan oleh Pangeran Amir dan Pangeran Nata, yang mana dimenangkan Pangeran Nata dengan bantuan Belanda, membuat kekuasaan Belanda semakin besar dan kokoh. Dan akhirnya secara de facto, Belanda sudah menjadi penguasa politik di Banjarmasin.
Jalan Menuju Terbentuknya VOC
Di Maluku,Belanda lebih beruntung.Ketika kapal pimpinan dua admiral bawahan van Neck tiba di sana,mereka diminta bantuan oleh orang-orang Maluku untuk mengusir Portugis.Bila berhasil imbalannya adalah panen cengkeh selama satu tahun.Permintaan serupa juga datang dari Ternate,Sultan Barkat,pengganti Sultab Babullah,meminta Belanda mengusir Portugis dari istananya di Tidore.Tetapi permintaan tersebut tidak dapat dilakukan,mengingat misi mereka adalah misi dagang swasta,bukan mewakili pemerintah Belanda.Prinsip yang mereka pegang adalah melawan bila diserang,bukan menyerang.Karena itu tidak mungkin mereka berperang melawan Spanyol ataupun Portugis yang ketika itu berada di perairan Nusantara.


Pada tahun 1601,terjadi pertempuran laut antara lima kapal Belanda dan kapal Portugis yang ada di sana.Hal tersebut membuka mata para pedagang Belanda betapa untuk itu mereka harus bersatu dan memiliki wewenang.Tanpa itu,akan sukar bagi mereka untuk melawan musuh dari nagara lain.Secara internal juga timbul persaingan yang tidak seha,karena ternyata ada pedagang Belanda yang membiayai sendiri sebuah kapalke Nusantara.
Menyadari hal itu,di bawah Staten Generaal,Belanda lalu mengarahkan para pedagang untuk membuat suatu persekutan dagang yang dinamakan VOC,singkatan dari Verenigde Oosttindische Companie.













BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Perang Salib merupakan awal penetrasi Barat terhadap Indonesia yang selanjutnya bangsa Indonesia berada dalam jajahan negara-negara Barat. Karena mulai dari Perang Salib inilah bangsa Indonesia banyak mengalami kerugian, baik kerugian yang bersifat material seperti banyaknya wilayah Indonesia yang direbut Barat, diduduki dan dikuasai, juga kerugian non material yang berupa mulai hilangnya peradaban Indonesia dan mulai masuknya peradaban-peradaban Barat.
Selain hal diatas yang melatarbelakangi penjajahan Barat adalah faktor ekonomi dan politik. Bentuk-bentuk penjajahan barat terhadap bangsa Indonesia berupa penyerangan, penaklukan, sehingga banyak wilayah-wilayah Indonesia yang jatuh ke negara-negara Barat. Juga berupa penindasan, penghisapan dan perbudakan.








DAFTAR PUSTAKA

Notosusanto, Nugroho:Poesponegoro Marwati Djoened, 2008, Sejarah Nasional Indonesia, Jilid 3, Jakarta: PN Balai Pustaka.
Suyono Capt.R.P,2003,Peperangan Kerajaan di Nusantara,Jakarta:PT Gramedia




                                                                











0 komentar:

Posting Komentar